BAGIKAN
Joglo Pencu, Rumah Tradisional Khas Kudus

Bangunan rumah Adat Kudus merupakan salah satu bangunan rumah adat yang bernilai ukir sangat tinggi. Keberadaan Rumah Adat Kudus tidak terlepas dari cerita tentang Tee Ling Sing. Tee Ling Sing seorang ahli pahat dari Yunan yang mengikuti perjalanan musafir ke Gujarat. Sewaktu di Persia menjadi seorang muslim. Selain itu Tee Ling Sing juga belajar mengukir dari para pedagang dari Cina, Persia dan Eropa.  Lalu ke Jawa dengan tujuan Demak dan menetap di Kudus. Bersama dengan Sunan Kudus dan Sun Ging An, Tee Ling Sing ikut menyebarkan agama Islam dengan cara mengukir kayu. Seni ukir kayu saat itu beerkembang terutama di sekitar rumah Sun Ging An. Keahlian menyungging semakin berkembang seerta menjadi tema pokok arsitektur Kudus.

Seperti pada umumnya rumah adat Jawa, bangunan Rumah adat Kudus terletak di sebidang tanah yang bukan merupakan  daeraah aliran sungai.  Untuk penghematan lahan  perlu pengaturan lahan yang efisien,  dengan cara jarak antara rumah sangat sempit, sehingga  membentuk pola tata letak rumah yang tidak beraturan dengan lorong-lorong yang sempit.  Pada umumnya bangunan rumah adat Kudus berorientasi ke utara dan selatan, ke utara mengarah ke Gunung Muria sedangkan ke selatan mengarah  ke Laut Selatan.  Bangunan rumah adat Kudus dibuat dengan sistem knock down, dan bahan bangunan dari kayu jati.  Pada masa lalu kayu jati yang dipilih  berasal dari daerah Blora.

Arsitektur Rumah Adat Kudus merupakan pengembangan dari rumah adat Jawa  pada umumnya dan pesisir utara Jawa khususnya  yang dipengaruhi  budaya dari Cina, Eropa dan Persia.  Bangunan pokok rumah adat Kudus berupa bentuk joglo, atap berbentuk pencu dengan tritisan bagian depan dan belakang.  Pusat pencu merupakan puncak dari gedongan  yang merupakan bagian paling sakral dari rumah adat Kudus. Tata ruang terdiri dari  bagian jaga satru, sentong, gedongan serta pawon dan bangunan tambahan berupa sumur dan kamar mandi atau pekiwan  yang terletak di depan rumah.  Antara rumah induk dengan pekiwan  terdapat ruang kosong yang digunakan sebagai jalan  umum antara rumah.

Pembagian Ruang

Seperti rumah tradisional Jawa pada umumnya, rumah adat Kudus memiliki pembagian ruang berdasarkan fungsi. Berikut adalah beberapa ruang yang terdapat di Rumah adat Kudus.

Jaga satru

rumahjoglo.net

Jaga Satru merupakan  ruangan terdepan yang berfungsi sebagai ruang penerima tamu dan dimaksudkan sebagai ruang untuk pelayanan publik. Pada ruang jaga satru,  bagian depan terdapat dua macam pintu yaitu pintu inep dan pintu sorong.  Pintu inep merupakan pintu utama dari bahan kayu jati.  Pintu sorong terdiri dari dua buah pintu dengan bagian luar lebih pendek berupa panil kisi yang disebut pintu kere.  Sesuai dengan namanya pintu sorong tersebut menggunakan sistem geser. Pada ruang  jaga satru biasanya terdapat satu atau dua buah tiang. Tiang tersebut terletak di depan pintu ruang tengah  agak menyamping. Tiang tersebut berfungsi sebagai tiang penyangga atau disebut sanggah  atau tiang keseimbangan.  Ruang jaga satru  dibatasi oleh panil kayu yang disebut gebyog dan beberapa pintu penghubung ke ruang yang lain. Gebyog pembatas dihias dengan ornamen  ukiran dengan motif flora.  Kerayaan ornamen menunjukkan status sosial pemilik rumah adat tersebut. Gebyog dapat dilepas sewaktu-waktu apabila akan memperluas ruangan.   Di tengah-tengah gebyog terdapat  pintu  yang biasanya dibuka pada hari-hari tertentu pula. Selain itu juga terdapat jendela kecil yang  dahulu digunakan untuk tempat mengintip keluar para gadis yang sedang dipingit dan hanya boleh keluar pada acara dandangan sebelum bulan Ramadhan.

Griyo njero

Gedongan. nataliahariati.blogspot.co.id

Di belakang ruang jaga satru adalah ruang dalam atau griyo njero berupa sentong dan gedongan.  Griyo njero biasanya mempunyai lantai lebih tinggi dari pada bagian jaga satru sehingga diperlukan tangga. Tangga berupa bangku berukir yang disebut ancik-ancik  terdiri dari satu atau dua tingkat tergantung ketinggian lantai. Pada griyo njero tersebut terdapat  ruang gedongan  merupakan bagian  paling utama dari rumah adat Kudus.   Gedongan berupa ruang kecil  yang  dibatasi panil kayu berukir,  ukiran pada ruang gedongan kadang-kadang dihias dengan lempengan logam kuningan atau diberi warna emas yang memperindah  bentuk ukiran.   Letak gedongan  lurus dengan pintu masuk sehingga tampak dari luar bila pintu gebyog   terbuka.  Gedongan  berfungsi sebagai tempat tidur utama, untuk menyimpan harta dan juga sebagai pelaminan. Tidak semua orang boleh masuk ke gedongan karena sebagai ruang kehormatan  dan sakral.  Karena rumah adat tidak mempunyai kamar khusus untuk tidur keluarga, maka  biasanya sebagai ruang tidur anak di depan  gedongan  yang diberi bale-bale atau amben yang  difungsikan sebagai tempat tidur anak-anak.  Sedangkan sebagai tempat penyimpan pakaian seluruh keluarga ada kotak kayu yang disebut grobog.

Ruang Tengah menuju Ruang Tidur. pustamik.wordpress.com

Di sebelah kiri griyo njero terdapat pintu yang menghubungkan dengan ruang pawon. Pawon ada dua macam yaitu pawon alit dan pawon ageng. Pawon alit  berfungsi sebagai  dapur, sedangkan pawon ageng berfungsi sebagai ruang keluarga.

Kamar Mandi Rumah Adat Kudus. pustamik.wordpress.com

Sumur dan kamar mandi terdapat di depan rumah berbatasan langsung dengan rumah tetangga. Kamar mandi dengan dinding terbuka sehingga  orang lain dapat membersihkan di tempat tersebut. Secara filosofis sumur dan perlengkapannya dibuat di depan rumah karena setiap orang sebelum masuk rumah harus dalam keadaan bersih dengan membersihkan diri di sumur sehingga sumur dibuat di depan rumah.

Biasanya, atap bangunan rumah adat Kudus yang disebut pencu dihiasi dengan tembikar (genting dari tanah liat) dan di seoanjang bubungan terdapat nok tembikar yang bermotif tanaman. Atap ini melambangkan keindahan bentuk pegunungan.