BAGIKAN
Ilustrasi Voyager 1 (Credit: NASA/JPL-Caltech.)

Voyager 1, sebuah pesawat ruang angkasa yang diluncurkan 44 tahun lalu sekarang telah menjadi objek buatan manusia terjauh di luar angkasa. Sejak 2012 ketika melintasi heliopause dan meninggalkan Tata Surya, ia telah melakukan perjalanan di ruang antarbintang. Sebuah penelitian terbaru menunjukkan, bahwa instrumennya telah mendeteksi suara latar belakang yang konstan dari gelombang plasma di antarbintang tersebut.

“Bunyinya sangat pelan dan monoton, karena berada dalam bandwidth frekuensi yang sempit,” kata penulis utama Stella Koch Ocker dari Cornell University. “Kami mendeteksi dengungan gas antarbintang yang samar dan terus-menerus.”

Pekerjaan ini memungkinkan para ilmuwan untuk memahami bagaimana medium antarbintang berinteraksi dengan angin matahari, kata Ocker, dan bagaimana gelembung pelindung heliosfer tata surya dibentuk dan dimodifikasi oleh lingkungan antarbintang.

Para penulis percaya bahwa ada banyak aktivitas tingkat rendah di plasma antarbintang. Mereka menelaah kembali data-data selama empat tahun, yang menetapkan kepadatan plasma lebih dari 1,5 miliar kilometer. Ini memungkinkan mereka untuk mengetahui intensitas gelombang yang bergerak melalui plasma ini.

Setelah memasuki ruang antarbintang, Sistem Gelombang Plasma pesawat ruang angkasa mendeteksi berbagai gangguan yang ada pada gas. Namun, di antara letusan-letusan itu — yang disebabkan oleh matahari kita yang bergolak — para peneliti telah menemukan sidik jari yang jelas dan terus-menerus yang dihasilkan oleh ruang hampa yang nyaris hampa.

Credit: Pixabay

“Kami tidak pernah memiliki kesempatan untuk mengevaluasinya. Sekarang kami tahu bahwa kami tidak memerlukan peristiwa kebetulan yang terkait dengan Matahari untuk mengukur plasma antarbintang,” kata Shami Chatterjee, seorang ilmuwan peneliti di Cornell.

“Terlepas dari apa yang dilakukan Matahari, Voyager mengirimkan kembali detailnya. Pesawat itu mengatakan, ‘Inilah kepadatan yang saya lalui sekarang. Dan ini dia sekarang. Dan ini dia sekarang. Dan ini dia sekarang.’ Voyager cukup jauh dan akan melakukan ini secara terus menerus.”

Sepanjang pengamatannya, para peneliti menganalisis data-data saat Matahari paling tidak aktif dalam siklus 11 tahunnya. Ini memungkinkan mereka mempelajari plasma ruang antarbintang tanpa terlalu banyak gangguan dari Matahari.

“Media antarbintang seperti hujan yang tenang atau lembut,” kata penulis senior James Cordes, Profesor Astronomi George Feldstein. “Dalam kasus ledakan matahari, itu seperti mendeteksi ledakan petir dalam badai dan kemudian kembali menjadi hujan yang lembut.”

Voyager 1 meninggalkan Bumi pada September 1977 dan ditenagai oleh sebuah generator termoelektrik radioisotop. Untuk mengirimkan sinyalnya ke Bumi, dibutuhkan daya sebesar 22 watt, menurut Jet Propulsion Laboratory NASA. Pesawat itu memiliki hampir 70 kilobita memori komputer dan  pada awal misinya, kecepatan datanya hanya sebesar 21 kilobit per detik.

Penelitian ini telah diterbitkan di jurnal  Nature Astronomy.