BAGIKAN
image souce :carbusters.org

Tahun 2017 telah dicanangkan oleh UN-WTO (United Nation World Tourism Organization) sebagai tahunnya Pariwisata Berkelanjutan dengan Pengembangan. Pengembangan wisata di Bogor berada pada titik kritis pengembangan masyarakat, jika memang kota Bogor hendak menjadi destinasi tujuan wisata hal yang sering dilupakan adalah bagaimana mengembangkan masyarakatnya gar dapat berpartisipasi aktif dalam momentum kepariwisataan pada sebuah destinasi, tidak jarang masyarakat lokal hanya  menjadi penonton bahkan tersisihkan dengan dalih tidak memiliki kecakapan dan tingkat pendidikan yang memadai serta kuatnya arus persaingan kerja dari luar destinasi.

Event wisata mingguan yang sudah ada di kota Bogor seperti Car Free Day sebenarnya dapat dikembangkan menjadi sebuah event yang lebih unik di kota Bogor. Lanskap pusat kota Bogor dan sistem lalu lintas satu arah (SSA) dengan pengembangan pedestriannya yang minggu lalu baru saja diresmikan oleh walikota Bogor Bima Arya dapat dikemas lebih lanjut dengan konsep Car Free Week. Car Free Week adalah menjadikan pusat kota Bogor selama seminggu penuh untuk menikmati kota Bogor sebagai kota yang memiliki Kebun Raya terbesar di Asia Tenggara dengan cuaca hujan yang menjadi julukan kota Bogor dengan berbagai atraksi wisata mulai dari budaya, kuliner, travel mart, hingga sosialisasi program pemerintah pusat maupun daerah dapat dilakukan disini.

Pastinya ide ini akan banyak menimbulkan persoalan baru tetapi dengan upaya sosialisasi yang intens serta penataan arus lalulintas yang saat ini saya perhatikan sudah dapat direkayasa untuk menghindari lingkar jalan dari jalan Jalak Harupat-sebagian Pajajaran-Otista-Djuanda menjadi kawasan wisata Car Free Week (CFW). Apalagi ditambah bahwa Presiden RI kita sangat sering mengunjungi kota Bogor dan tinggal di Istana Bogor bisa saja beliau bersepeda atau jalan kaki menemui rakyatnya menuju istana sebagai bentuk kedekatan dengan rakyatnya. Selain itu perlu dibangun area parkir shelter bagi wisatawan yang akan berkunjung ke kota Bogor agar dapat memasuki kota Bogor tanpa menggunakan kendaraan dan bisa melanjutkan dengan kendaraan Uncal yang berbahan bakar terbarukan.Belum lagi jika nanti ada LRT yang akan sampai ke Baranangsiang. Semua persoalan pasti ada solusinya di tengah pro dan kontra yang ada.

Mengapa harus ada CFW? Satu kata yang saya ingin terapkan adalak keunikan. Keunikan dari sebuah program produk wisata daerah yang berbeda dan unik dan tidak bisa diitru dengan mudah oleh kota atau propinsi lain adalah Kebun Raya Bogor beserta lanskapnya saat ini serta amenities yang menunjangnya akan meningkatkan generate income bagi industri perhotelan, wisata kuliner, oleh oleh kota Bogor, ruang terbuka publik untuk kreasi seni dan budaya sebagai venue yang unik. Outdoor dan Indoor venue akan hidup pada saat CFW ini baik event budaya, pameran, pertemuan dan gathering. Implikasi meningkatnya daya tarik untuk MICE di kota Bogor akan semakin meningkat dan model wisata MICE ini sangat memberikan multiplier efek yang luas terhadap kepariwisataan.Satu minggu dalam ssatu tahun sebuah event yang akan sangat dinanti oleh banyak wisatawan sebagai sebuah event unik di kota Bogor.

Pengembangan masyarakat kota Bogor agar memiliki standar hospitality yang lebih baik adalah melalui event ini. Bukan saja diartikan dalam standar penyajian yang sehat dan bersih untuk makanan dan minuman juga untuk pelayanan di semua sektor baik pemerintah dan swasta akan menjadi satu konsep yang adapatif untuk pariwisata dengan standar pelayanan pariwisata yang excellent. Event  CFW ini akan mengedukasi masayarakat kota Bogor dan sekitarnya bukan hanya sebagai penonton hingar bingarnya CFW tetapi juga pelaku aktif dan bangga akan kota Bogor sebagai satu kota yang paling dicintai oleh warganya dengan bukti begitu indahnya kota Bogor pada saat CFW.

Sebuah landmark yang ingin saya sampaikan adalah jika kota yang lain mendapatkan berbagai julukan maka kota Bogor harus memiliki tempat dimana menikmati hujan yang paling indah di kota Bogor. Belum ada satu area pun yang berpikir tentang ini, hujan bukan sebagai kendala justru sebagai sebuah atraksi, macet sudah tidak lagi dengan CFW, semua jajanan khas kota Bogor menemani kita ditengah nikmatnya rintik hujan yang dapat dipayungi secara luas dan diiringi hiburan music dari budaya Sunda hingga yang modern. Bayangkan jika itu terjadi kota Bogor akan menjadi kota teromantis di dunia bahkan mengalahkan Paris sekalipun.

Itu semua hanyalah mimpi. Jika tidak ada kemauan dari semua pihak yang dalam hal ini inisiatornya adalah pemerintah kota dan para pemangku kepetingan yang dapat duduk bersama mengkonsepkan CFW ini menjadi sebuah event yang nantinya dapat meningkatkan PAD kota Bogor. Keikutsertaan pelaku usaha baik dari street food hingga fine dining dapat menjadi peyeimbang bahwa CFW bukan event yang Cuma dinikmati saja oleh pemilik modal besar tetapi tukang cilok, gorengan, es jepit, gongsir dan toge akan menikmatinya tentunya harus dibina baik dari sisi rasa, penyajian, dan pelayanan. CFW adalah ide besar membangun kebersamaan di kota Bogor yang akan menghapus pengahalang diantara pendatang dan penduduk asli kota Bogor melalui sebuah event bersama yang namanya event Car Free Week. Bogor Car Free Week pasti.