BAGIKAN
(Nadir sYzYgY/Unsplash)
(Nadir sYzYgY/Unsplash)

Sebuah laporan menyebutkan bahwa seorang pria telah dirawat di rumah sakit karena pembuluh darahnya ditumbuhi jamur ajaib. Awalnya, ia berusaha menyembuhkan depresi dan ketergantungannya terhadap opioid. Ia kemudian menyuntikan “teh” yang dibuatnya dari jamur ajaib.

Laporan ini telah diterbitkan di Journal of Academy of Consultation-Liaison Psychiatry.

Melansir IFLScience, pria yang tak disebutkan namanya ini berusia 30 tahun. Para dokter menyadarinya ketika ia yang dilarikan ke unit gawat darurat oleh keluarganya, dalam keadaan linglung.

Keluarganya mengatakan bahwa pria tersebut belum lama telah berhenti meminum obat yang diresepkan untuk mengatasi gangguan bipolar tipe I. Setelah itu kondisi pikirannya mulai beralih antara depresi dan mania, saat mood seseorang meningkat secara tak wajar – suatu keadaan yang erat dengan gangguan bipolar. Selama periode inilah ia memulai penelitiannya terkait efek terapi microdosing LSD dan jamur ajaib yang mengandung zat halusinogen.

Berbagai penelitian memang telah menunjukkan bahwa jamur ajaib dapat membantu mengatasi depresi. Namun, dalam uji cobanya obat itu digunakan secara oral.

Setelah mendapatkan jamur ajaib, pria itu segera menuangkan air mendidih pada jamur yang mengandung psilocybin. Setelah zat-zat aktifnya terlarut dan menjadi sebuah ramuan yang disebut sebagai “teh jamur”. Sebagian pengguna narkoba, meminum teh jamur sebagai salah satu cara yang digunakan untuk mengantarkannya terbang.

Namun, pria itu melakukan langkah-langkah yang tidak biasa. Melalui jarum suntiknya, ia menyedot teh yang dilewatkannya melalui kapas. Kemudian menyuntikkan ramuan tersebut ke dalam pembuluh darahnya.

Setelah injeksi, dia mulai mengalami sejumlah masalah. Saat keluarganya menemukannya beberapa hari kemudian, dia menderita sakit kuning, mual, diare, kebingungan yang parah, dan muntah darah. Organ-organnya mulai gagal, termasuk ginjal dan paru-parunya, dan dia menderita luka hati yang akut. Detak jantungnya meningkat, dan dia mengalami syok septik.

Di dalam darahnya, terbentuk gumpalan yang membutuhkan pengamatan khusus. Tim yang merawatnya menjelaskan bagaimana mereka mengambil kultur dari darahnya dan menemukan bahwa “spesies jamur yang dia suntikkan, sekarang tumbuh di dalam darahnya”. Masih belum jelas apakah jamur yang tumbuh di dalam darahnya telah menyebabkan ‘kebingungannya’, mengingat masalah lain yang terjadi di tubuhnya pada saat itu.

“Tidak jelas apakah infeksi intravaskular aktif dengan jamur psikoaktif seperti Psilocybe cubensis dapat menyebabkan efek psikoaktif yang terus-menerus seperti yang terlihat dengan menelan spesies yang sama, yang selanjutnya dapat berkontribusi pada perubahan persepsi dan kognisi,” tim menulis dalam laporannya. Menurut mereka, kasus ini menyoroti pentinganya kebutuhan untuk mendidik masyarakat tentang bahaya penggunaan narkoba dengan cara-cara yang tidak dianjurkan.