BAGIKAN
Image by Jonny Lindner from Pixabay

Theia adalah sebuah planet purba hipotesis yang berasal dari Tata Surya seukuran Mars yang telah menabrak Bumi pada saat awal terbentuknya 4,5 miliar tahun yang lalu, serpihan-serpihan dari Bumi akibat tabrakan akhirnya membentuk Bulan. Namun, para ilmuwan dari Universitas Münster (Jerman) kini telah mampu menunjukkan bahwa Theia berasal dari tata surya luar, dan mengirimkan sejumlah besar air ke Bumi. Hasil dari penelitiannya diterbitkan di Nature Astronomy.

Bumi terbentuk di ‘Tata Surya bagian dalam’ yang ‘kering’ yang terutama terbuat dari silikat dan logam, dan karenanya agak mengejutkan jika ditemukan air di Bumi. Untuk memahami mengapa hal ini terjadi, kita harus kembali ke masa ketika tata surya terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu.

Dari penelitian sebelumnya, kita tahu bahwa tata surya menjadi terstruktur sehingga material-material ‘kering’ terpisahkan dari material-material ‘basah’, yang dikenal sebagai meteorit ‘berkarbon’ yang relatif kaya akan air, yang berasal dari tata surya luar. Sedangkan meteorit ‘non-karbon’ yang kering berasal dari tata surya bagian dalam.

Sementara penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa bahan-bahan berkarbon ada kecenderungan yang telah mengirimkan air ke Bumi, tidak diketahui kapan dan bagaimana bahan berkarbon ini — dan dengan demikian air — datang ke Bumi.

“Kami telah menggunakan isotop molibdenum untuk menjawab pertanyaan ini. Isotop molibdenum memungkinkan kita untuk dengan jelas membedakan bahan berkarbon dan non-karbon, dan karenanya merupakan ‘sidik jari genetik’ bahan-bahan dari tata surya luar maupun dalam,” jelas Dr. Gerrit Budde dari Institute of Planetology di Münster dan penulis utama penelitian.

Pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti dari Münster menunjukkan bahwa komposisi isotop molibdenum Bumi terletak di antara meteorit yang mengandung karbon dan non-karbon, menunjukkan bahwa sebagian molibdenum Bumi berasal dari tata surya luar. Dalam konteks ini, sifat-sifat kimia molibdenum memainkan peran kunci, karena merupakan unsur pencinta besi, sebagian besar molibdenum bumi terletak di inti.

“Molibdenum yang dapat diakses hari ini di mantel Bumi, oleh karena itu, berasal dari tahap akhir pembentukan Bumi, sedangkan molibdenum dari fase sebelumnya sepenuhnya di dalam inti,” jelas Dr. Christoph Burkhardt, penulis kedua studi ini. Karena itu hasil para ilmuwan menunjukkan, untuk pertama kalinya, bahan berkarbon dari luar tata surya tiba di Bumi datang masih belum lama.

Tetapi para ilmuwan melangkah lebih jauh. Mereka menunjukkan bahwa sebagian besar molybdenum dalam mantel Bumi dipasok oleh protoplanet Theia, yang tabrakannya dengan Bumi 4,4 miliar tahun yang lalu menyebabkan pembentukan Bulan. Namun, karena sebagian besar molibdenum di dalam mantel bumi berasal dari tata surya luar, ini berarti bahwa Theia sendiri juga berasal dari tata surya luar.

Menurut para ilmuwan, tabrakan itu menyediakan bahan berkarbon yang cukup untuk menjelaskan seluruh jumlah air di Bumi. “Pendekatan kami unik karena, untuk pertama kalinya, ini memungkinkan kami untuk mengaitkan sumber air di Bumi dengan pembentukan Bulan. Sederhananya, tanpa Bulan mungkin tidak akan ada kehidupan di Bumi,” kata Thorsten Kleine, Profesor Planetologi di Universitas Münster.