BAGIKAN
Credit: CC0 Public Domain

Dari sekitar ratusan juta sel sperma, hanya ada satu sperma yang akan berhasil bertemu dengan sel telur hingga terjadi proses pembuahan. Seolah tergambar bagaimana sperma berusaha memenangkan sebuah perlombaan, namun temuan terbaru dari para peneliti mungkin tidak mengatakan demikian. Karena, sel telur mampu memilih sperma mana yang paling layak untuk membuahinya.

Hasil dari penelitian ini diterbitkan di jurnal Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences.

Seolah memiliki selera, sel telur tidak pasif hanya berdiam diri menunggu sperma yang datang menghampirinya. Penelitian terbaru dari Stockholm University dan Manchester University NHS Foundation Trust menunjukkan bahwa sel telur manusia menggunakan suatu sinyal kimia untuk memilih sperma.



“Gagasan bahwa telur memilih sperma benar-benar baru dalam kesuburan manusia,” kata ahli embriologi klinis Daniel Brison dari Manchester University di Inggris.

Melalui pengamatannya, para peneliti memeriksa bagaimana sperma merespons cairan folikel yang mengelilingi sel telur dan mengandung kemoatraktan. Secara kimiawi, ini yang akan berkomunikasi dengan sperma. Meskipun bahan kimia yang tepat belum teridentifikasi, namun zat ini dapat memicu sperma untuk menghampiri sel telur.

Para peneliti ingin mengetahui apakah cairan folikel dari seorang wanita memiliki kecenderungan untuk menarik sperma dari beberapa pria yang berbeda, bahkan jika dibandingkan dengan pasangannya sendiri. Mereka menguji sperma dan cairan folikuler dari 60 pasangan yang sedang menjalani perawatan reproduksi. Tim peneliti juga menguji sperma dengan dua cairan folikuler dari wanita berbeda secara berurutan.

“Cairan folikel dari satu wanita lebih baik dalam menarik sperma dari satu pria, sementara cairan folikuler dari wanita lain lebih baik dalam menarik sperma dari pria yang berbeda pula,” kata John Fitzpatrick dari Stockholm University.

“Ini menunjukkan bahwa interaksi antara sel telur manusia dan sperma bergantung pada identitas tertentu dari wanita dan pria yang terlibat.”

“Cairan folikel dari wanita yang berbeda secara konsisten dan berbeda menarik sperma dari pria tertentu,” tulis tim dalam paper mereka, menemukan bahwa sel telur menarik lebih sering sperma dari pria yang mereka sukai, antara 18 hingga 40 persen.

Dan sel telur tidak selalu setuju dengan pilihan pasangan pemiliknya, kemungkinan sel telur menarik sperma dari pria lain tidak berbeda dengan kemungkinan sel telur akan menarik sperma pasangan yang sebenarnya.



Sel telur tidak selalu setuju dengan pilihan pasangan wanita. Para peneliti menemukan bahwa sel telur tidak selalu lebih cenderung untuk menarik sperma dari pasangannya sendiri, dibandingkan dengan sperma dari laki-laki lain.

Sel telur, atau sperma yang memilih?

Fitzpatrick menjelaskan bahwa sperma hanya memiliki satu pekerjaan yaitu membuahi sel telur sehingga tidak masuk akal bagi mereka untuk memilih-milih. Telur di sisi lain dapat mengambil manfaat dengan memilih sperma berkualitas tinggi atau yang kompatibel secara genetik

“Tetapi bagi sel telur, dan wanita, ada banyak pengorbanan yang muncul setelah pembuahan seperti kehamilan,” kata Fitzpatrick kepada Inverse. “Karena pengorbanan ini, sel telur harus pilih-pilih sperma mana yang membuahinya.”

Dilansir dari ScienceAlert, para ahli biologi menyebut fenomena ini sebagai pilihan perempuan yang samar dan terkenal di spesies lain – terutama yang memiliki pembuahan eksternal, seperti kerang. Masuk akal dalam jenis-jenis hewan ini karena mereka melepaskan gamet (telur dan sperma) mereka ke lautan luas tanpa membuat pilihan sebelumnya dengan siapa mereka akan kawin – jadi terserah pada telur untuk melakukan satu-satunya pemeriksaan kendali kualitas.

Bagaimanapun beberapa kondisi dari percobaan dapat memengaruhi keakuratan hasilnya, menurut para peneliti.

Lebih jauh ke depan, begitu kita tahu bahwa sel telur dan sperma tidak senang satu sama lain, mungkin ada cara untuk meyakinkan mereka bahwa pilihan pasangan kita adalah yang paling tepat.

Profesor Kehormatan Universitas Manchester menambahkan: “Penelitian tentang cara interaksi telur dan sperma akan memajukan perawatan kesuburan dan pada akhirnya dapat membantu kita memahami beberapa penyebab infertilitas yang saat ini ‘tidak dapat dijelaskan’ kepada pasangan.” Brison menyimpulkan.