BAGIKAN
Photo by Daiga Ellaby on Unsplash

Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa anak -anak yang berusia sedikit diatas satu tahun telah memiliki pemahaman akan perhitungan sederhana, mereka mampu menyebutkan kembali jumlah balok mainan yang disembunyikan setelah mereka mendengarkan balok-balok tersebut dihitung sebelumnya.

Fakta ini mengartikan bahwa jauh sebelum anak-anak mampu menghitung hingga tiga, otak kecil mereka mampu membangun ekspekstasi berdasarkan urutan angka yang telah mereka dengar.

Jenny Wang dan Lisa Feigenson, psikolog dari John Hopkins telah mengetahui bahwa anak-anak yang berusia sekitar dua setengah tahun mampu menirukan beberapa buah angka, dan pada usia empat tahun, baru mereka memahami apa arti dari kata-kata tersebut.



“Kami membeli beberapa buku berhitung untuk bayi dan kami mulai berhitung dengan menyebutkan angka-angka dengan suara keras di depan para anak-anak batita. Dan semua ini menimbulkan pertanyaan: apakah anak-anak sama sekali tidak mengerti tentang arti perhitungan hingga mereka masuk sekolah taman kanak-kanak?” kata Feigensen.

Kami telah mengetahui bahwa telah terjadi sesuatu di dalam kepala mereka. Sebagai contoh, Sebuah eksperimen berhasil mengungkap bahwa anak yang berusia 18 bulan bisa tahu bahwa bahwa mereka telah dibohongi jika perhitungan tidak sesuai dengan urutan obyek.

Tetapi bagaimana dan kapan tumbuhnya pemahaman tentang permainan perhitungan ini dengan pemahaman dasar tentang angka masih menjadi misteri.

Untuk lebih memahami lebih dalam, Wang dan Feigenson melakukan lima macam eksperimen yang sama terhadap 16 anak batita untuk setiap eksperimen, berusia antara 13 hingga 20 bulan.

Dan pastinya, anak-anak pada usia ini tidak semuanya bisa menunjukkan kemampuan berhitung mereka, jadi, para psikolog menggunakan hal lain untuk mengetahuinya, mereka mengamati wajah-wajah kebingungan dari anak-anak tersebut.



Setiap tes dari lima tes yang dilakukan, didasarkan pada prinsip yang sama, dimana subyek mengamati ketika para peneliti meletakkan berbagai jenis obyek kedalam kotak tertutup, dan kemudian mereka akan mengamati bagaimana anak-anak tersebut mengeluarkannya dari kotak.

Kadangkala, mereka mengeluarkan satu obyek. Kadangkala pula mereka mengeluarkan semua obyek di dalam kotak dan mereka mengamati bagaimana respon dari anak-anak tersebut ketika mereka mencari obyek yang hilang.

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa jika terdapat tiga buah obyek atau kurang dari itu, anak-anak yang berusia 12 bulan akan melihat ke dalam kotak atau mengira para peneliti memegang obyek yang hilang tersebut. Dan ketika digunakan lebih dari tiga buah obyek, mereka terlihat bingung dan tidak terlihat berusaha mencari obyek yang hilang tersebut.

Hasil ini menunjukkan, bahwa mereka telah mampu berhitung secara sederhana, dan mereka mampu menyimpan memori untuk mengidentifikasi setiap obyek.

Jadi untuk bisa mengukur secara pasti kapan mereka mulai bisa mengasosiasikan angka-angka dengan urutan dari obyek, para peneliti menghitung obyek-obyek tersebut denga suara keras, dan ketika mereka menyembunyikan salah satu dari obyek tersebut.




Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa dengan menghitung obyek telah menunjukkan perubahan yang signifikan pada kemampuan anak-anak batita ini untuk mengingat berapa banyak obyek yang seharusnya ada: jika para peneliti menghitung lima buah mainan kedalam kotak dan kemudian mereka mengeluarkan tiga buah mainan dari dalam kotak tersebut, anak-anak yang berumur 14 bulan terlihat mengeksperikan kebingungan di wajah mereka.

“Ketika mereka menghitung mainan-mainan tersebut di depan para batita sebelum menyembunyikannya, mereka terlihat lebih mudah untuk mengingat berapa banyak mainan yang ada di dalam kotak tersebut,” kata Wang.

“Dan bagi para peneliti, hasil ini sangatlah mengejutkan. Dan hasil yang kami dapat menunjukkan bahwa anak batita telah memiliki kemampuan untuk merasakan bahwa ketika orang lain menyebutkan urutan angka, hal itu berhubungan dengan kuantitas dimensi yang ada di hadapan mereka.”

Apa yang kami yakini bukan sekedar menghitung 1,2,3, tetapi sebenarnya sebuah tugas yang kompleks, dan ini tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Komputer mungkin mampu melakukan perhitungan algoritma dan juga menyelesaikan berbagai macam perhitungan rumit, tetapi mereka hanya memiliki kemampuan sedikit diatas anak-anak batita dalam hal mengenali bentuk dari sebuah angka secara kuantitatif.

Pada beberapa jenis hewan, misalnya pada hewan gajah, diketahui memiliki kemampuan yang mengagumkan untuk dapat mengerti arti dari angka-angka.




“Penelitian kami memperlihatkan bahwa batita sebenarnya memiliki pemahaman yang sangat baik dari dunianya, mereka telah berusaha memahami apa yang orang dewasa di sekitar mereka katakan, dan juga termasuk dalam kemampuan berhitung dan memahami angka,” kata Feigenson.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam Developmental Science.