BAGIKAN
The bee friend, sebuah lukisan karya Hans Thoma (1839–1924)

Sebelum menjadi bangsa yang terdepan, bangsa Eropa di masa lalu percaya akan berbagai takhayul dan kebiasaan yang bisa dianggap aneh, salah satunya adalah ‘Memberi tahu lebah’ atau ‘Telling The Bees’. Merupakan kebiasaan tradisional bangsa Eropa di mana lebah akan diceritakan berbagai peristiwa penting dalam kehidupan para pemiliknya, seperti kelahiran, pernikahan, atau bepergian jarak jauh. Jika kebiasaan ini ditinggalkan, maka diyakini akan ada sangsi sebagai ganjarannya, seperti lebah yang meninggalkan sarang, menghentikan produksi madu, bahkan kematian.

Lebah sangat dihormati di Eropa pada Abad Pertengahan karena madu dan lilin yang dihasilkannya memiliki berbagai khasiat. Lebah juga dianggap memiliki kecerdasan khusus sehubungan dengan terbentangnya alam semesta secara misterius. Seringkali lebah dihubungkan dengan berbagai peristiwa penting yang akan terjadi di kemudian hari.

Ada suatu masa ketika hampir setiap keluarga di sebuah pedesaan di Inggris yang memelihara lebah mengikuti tradisi aneh ini. Setiap kali ada kematian dalam keluarga, seseorang harus pergi ke sarang lebah dan memberi tahunya tentang berita duka yang menimpa keluarga.

Praktik memberi tahu lebah mungkin berasal dari mitologi Celtic yang berpendapat bahwa lebah adalah penghubung antara dunia kita dan dunia roh. Jadi jika Anda memiliki pesan yang ingin Anda sampaikan kepada seseorang yang sudah mati, yang harus Anda lakukan adalah memberi tahu lebah dan mereka akan menyampaikan pesan itu. Memberitahu lebah dilaporkan secara luas dari seluruh Inggris, dan juga dari banyak tempat di seluruh Eropa. Akhirnya, tradisi berjalan melintasi Atlantik dan ke Amerika Utara.


Seorang janda dan putranya memberi tahu lebah tentang kematian dalam keluarga. Lukisan oleh Charles Napier Hemy (1841–1917)

Cara khas untuk memberi tahu lebah adalah seorang kepala rumah tangga, pergi menuju sarang lebah saat kabar akan diceritakan, mengetuk dengan lembut untuk mendapatkan perhatian lebah, dan kemudian dengan lembut bergumam dengan khidmat menyampaikan berita. Sebaris sajak pendek telah berkembang selama berabad-abad khusus di wilayah tertentu. Di Nottinghamshire, seorang istri yang ditinggalkan suaminya bersenenandung pelan di depan sarang lebah : “Tuannya sudah mati, tapi jangan pergi; Nyonyamu akan menjadi nyonya rumah yang baik bagi kalian.” Di Jerman, bait serupa terdengar : “Lebah kecil, tuan kami sudah mati; Jangan tinggalkan aku dalam kesedihan”.

Dalam kasus kematian, peternak lebah juga membungkus bagian atas sarang dengan sepotong kain hitam atau kain krep. Jika ada pernikahan dalam keluarga, sarangnya didekorasi dan potongan kue ditinggalkan di luar rumah sehingga para lebah juga bisa ikut serta dalam pesta. Pasangan pengantin yang baru menikah memperkenalkan diri mereka kepada kawanan lebah, jika tidak, diyakini kehidupan pernikahan mereka pasti akan sengsara.


“Telling the Bees” karya Albert Fitch Bellows. circa 1882

Jika lebah tidak memaafkan, nasib buruk menimpa keluarga dan orang yang memiliki sarang. Ahli biologi Victoria, Margaret Warner Morley, dalam bukunya The Honey-Makers (1899), mengutip sebuah kasus di Norfolk di mana seseorang membeli sarang lebah milik seorang pria yang telah meninggal. Namun, pemilik sebelumnya telah gagal untuk mengikutsertakan lebah ke dalam duka ketika tuannya mati, yang pada akhirnya dipercaya telah menyebabkan kawanan lebah jatuh sakit. Ketika pemilik baru menutup sarangnya dengan kain hitam, lebah mendapatkan kembali kesehatannya. Dalam kisah lain, sebuah keluarga Oxfordshire memiliki tujuh belas sarang lebah ketika pemiliknya meninggal. Karena tidak ada yang menceritakannya kepada lebah tentang kematian tersebut, maka diyakini setiap lebah mengalami kematian. Terdpat banyak kisah serupa dapat ditemukan di buku karya Margaret Warner Morley.

Tetapi hubungan antara lebah dan manusia melampaui berbagai kisah takhyul. Faktanya, lebah membantu manusia bertahan hidup. 70 dari 100 spesies tanaman teratas yang menghidupi 90% populasi manusia bergantung pada lebah untuk penyerbukannya. Tanpa para lebah, tanaman ini tidak akan ada lagi dan bersamaan dengan itu diikuti oleh semua hewan yang biasa memakan tanaman tersebut. Ini dapat memiliki efek berjenjang yang akan secara dahsyat menggerakkan rantai makanan. Kehilangan sarang lebah jauh lebih buruk daripada kehilangan persediaan madu. Konsekuensinya mengancam jiwa. Tindakan memberi tahu lebah menekankan hubungan mendalam yang dimiliki manusia dengan serangga.