BAGIKAN
[Jarmoluk]

Penelitian terbaru yang dipimpin oleh Universitas Cardiff telah menunjukkan bahwa di bawah skenario emisi karbon dioksida (CO2) yang normal, pengasaman laut kemungkinan akan mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pengasaman laut terjadi ketika CO2 dari atmosfer diserap oleh air laut, menghasilkan air yang lebih asam dengan pH lebih rendah.

Sekitar sepertiga dari CO2 yang dikeluarkan oleh pembakaran batubara, minyak dan gas terlarut ke lautan. Sejak awal era industri, laut telah menyerap sekitar 525 miliar ton CO2, setara dengan sekitar 22 juta ton per hari.

Masuknya CO2 secara cepat ke lautan sangat mengancam kehidupan laut, diantaranya dapat menghancurkan cangkang milik beberapa jenis hewan tertentu oleh air laut yang lebih asam.

Dalam studi terbaru mereka, yang diterbitkan dalam jurnal Earth and Planetary Science Letters , para peneliti memulai untuk merekonstruksi tingkat keasaman laut dan tingkat CO2 atmosfer selama 22 juta tahun terakhir.

Mereka melakukannya dengan mempelajari fosil makhluk laut kecil yang pernah hidup di dekat permukaan laut, khususnya menggunakan kimiawi cangkang mereka untuk memantau keasaman air laut di mana makhluk-mahluk tersebut tinggal.

Berdasarkan informasi ini, para peneliti dapat menempatkan rekor terbaru mereka terkait pH dan kadar CO2 dalam konteks berbagai skenario emisi karbon di masa depan yang diakui oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC).

Di bawah skenario masa depan yang normal di mana kita terus mengeluarkan CO2 pada jumlah yang sama sebagimana yang kita lakukan saat ini, CO2 di atmosfer akan mendekati 930 ppm pada tahun 2100, dibandingkan dengan sekitar 400 ppm hari ini.

Demikian pula, pH lautan akan kurang dari 7,8 pada tahun 2100 dibandingkan dengan pH sekitar 8,1 hari ini. Penurunan tersebut sangat signifikan karena skala pH adalah logaritmik, yang berarti setiap penurunan 0,1 unit pH mewakili peningkatan 25% keasaman.

Kadar CO2 dan keasaman lautan ini belum pernah terjadi sejak periode Miosen Tengah sekitar 14 juta tahun yang lalu, ketika suhu global sekitar 3 °C lebih hangat daripada saat ini sebagai akibat dari siklus geologis alami Bumi.

Penulis utama studi Dr Sindia Sosdian, dari Sekolah Ilmu Bumi dan Ilmu Laut Cardiff University, mengatakan: “Catatan geologis baru kami tentang pengasaman laut menunjukkan kepada kami bahwa pada alur normal emisi kita saat ini, kondisi samudera tidak seperti ekosistem laut yang pernah dialami selama 14 juta tahun terakhir.”

Profesor Carrie Lear, rekan penulis studi tersebut, menambahkan: “pH saat ini mungkin sudah lebih rendah dari setiap waktu dalam 2 juta tahun terakhir. Memahami dengan tepat apa dampaknya bagi ekosistem laut membutuhkan laboratorium dan studi lapangan jangka panjang serta pengamatan tambahan dari catatan fosil.”