BAGIKAN
Stasiun Luar Angkasa Internasional (Wikimedia)

NASA akan membuka Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) untuk usaha bisnis termasuk pariwisata ruang angkasa sebagai bagian dari upayanya untuk melepaskan diri secara finansial dari laboratorium penelitian yang mengorbit, menurut sebuah laporan yang telah diberitakan oleh AFP.

Berapa harganya? Puluhan juta dolar untuk tiket pulang pergi dan $ 35.000 per malam.

“NASA membuka Stasiun Luar Angkasa Internasional untuk peluang komersial dan memasarkan peluang ini seperti yang belum pernah kita lakukan sebelumnya,” kata kepala keuangan NASA Jeff DeWit dalam sebuah pengumuman yang dibuat di bursa efek Nasdaq di New York.

Akan terdapt lebih dari dua buah misi singkat astronot pribadi per tahun, kata Robyn Gatens, wakil direktur ISS.

Misi akan berlangsung selama 30 hari. Sebanyak selusin astronot swasta dapat mengunjungi ISS per tahun, kata NASA.

Para pelancong ini akan diangkut menuju pengorbit secara eksklusif oleh dua perusahaan AS yang saat ini mengembangkan kendaraan transportasi untuk NASA: SpaceX, dengan kapsul Crew Dragon-nya, dan Boeing, yang membuat salah satu pesawatnya  yang disebut Starliner.

(Credit: spacenews.com)

Perusahaan-perusahaan ini akan memilih klien — yang tidak harus warga negara AS — dan mengeluarkan tarif untuk perjalanan menuju ISS, yang akan menjadi salah satu paling mahal dari petualangannya: sekitar $ 58 juta untuk tiket pulang-pergi.

Itu adalah tarif rata-rata yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada NASA untuk mengantarkan para petualang luar angkasa menuju ISS.

Baik Dragon maupun Starliner sama-sama belum siap. Kapsul transportasi mereka seharusnya sudah siap pada akhir 2019 tetapi jadwal kesiapannya tergantung pada hasil serangkaian pengujian. Jadi misi swasta harus menunggu paling cepat hingga tahun 2020.

Para wisatawan akan membayar NASA untuk penggunaan stasiunnya, makanan, air, dan penggunaan sistem pendukung kehidupan.

Itu akan memakan biaya sekitar $ 35.000 per malam per astronot, kata DeWit.

Belum termasuk internet, yang biayanya $ 50 per gigabyte.

Stasiun luar angkasa ISS bukanlah milik NASA secara tunggal. Karena telah dibangun bersama dengan Rusia mulai tahun 1998, dan negara-negara lainnya yang turut berpartisipasi dalam berbagai misi dan mengirimkan astronot.


Roket SpaceX Falcon 9 dengan kapsul Crew Dragon yang telah terpasang (AFP)

Tetapi Amerika Serikat telah membayar dan mengendalikan sebagian besar modul yang telah membuatnya menjadi kenyataan.

Namun, para pelancong luar angkasa yang baru menuju ISS  bukanlah yang pertama: seorang pengusaha AS Dennis Tito mendapat kehormatan itu pada tahun 2001. Dia telah membayar Rusia sekitar $ 20 juta untuk mewujudkan perjalanannya .

Setelah itu yang lainnya mengikuti jejaknya. Terakhir adalah pendiri Cirque du Soleil, Guy Laliberte pada tahun 2009.

Sejak tahun 2011, roket Soyuz Rusia telah menjadi satu-satunya cara untuk sampai ke stasiun ruang angkasa. Dan mereka hanya mengangkut astronot agensi antariksa, selain kosmonot Rusia.

Biasanya ada tiga hingga enam anggota kru di ISS pada waktu tertentu. Saat ini merupakan rumah bagi tiga orang Amerika, dua orang Rusia dan seorang Kanada.

Rusia berencana untuk melanjutkan wisata penerbangan ruang angaksa pada akhir 2021.

Perubahan kebijakan yang telah diumumkan mencakup pembukaan bagian dari ISS untuk perusahaan sektor swasta untuk kegiatan komersial dan pemasaran.

Ini akan mencakup startup yang mengembangkan teknik untuk bahan bangunan dalam kondisi tanpa bobot.

Kabel serat optik, misalnya, memiliki kualitas luar biasa ketika diproduksi dalam keadaan mikrogravitasi.

Idenya adalah untuk mengembangkan ekonomi ruang angkasa dengan harapan sektor swasta yang dapat mengambil alih ISS, di mana hal tersebut merupakan harapan dari AS untuk berhenti membiayainya pada akhir tahun 2020-an.

“Kami ingin berada di sana sebagai penyewa, bukan sebagai pemilik,” kata administrator NASA Jim Bridenstine pada bulan April.

Agensi itu ingin membebaskan dana untuk melaksanakan misi kembali menuju bulan yang bernama ‘Artemis’ pada tahun 2024 dan untuk mengirim manusia pertama ke Mars, yang mungkin terlaksana pada tahun 2030-an.

Tetapi masih belum jelas apakah aktivitas komersial di orbit Bumi ini akan mendatangkan keuntungan karena masih sangat mahal biayanya untuk menuju ke sana sebagai penyebab utama.

Pada akhirnya, NASA tampaknya telah mengubah pendiriannya untuk memenuhi kebutuhan anggarannya yang besar.

Ketika Rusia mengumumkan akan membawa Tito menuju stasiun ruang angkasa, NASA pada awalnya menentang misi tersebut. Dan pada akhirnya mengirim Rusia tagihan untuk kehadiran Tito di ISS.