BAGIKAN

Sebuah penelitian di Inggris menemukan bahwa peselancar reguler tiga kali lebih mungkin memiliki strain bakteri E. coli yang resisten antibiotik di usus mereka daripada non-peselancar.

Ini tidak hanya menunjukkan bahwa peselancar lebih cenderung berisiko terhadap mikroorganisme ini, namun ada prevalensi bakteri resisten antibiotik yang tak terduga di perairan pantai di Inggris.

Dijuluki studi “Beach Bums”, penelitian ini melihat 300 subjek mengirimkan penyeka rektum untuk analisis. Setengah dari subjek adalah peselancar reguler, sementara separuh lainnya adalah perenang non-laut dan bertindak sebagai kelompok kontrol.

Studi tersebut menemukan bahwa sembilan persen peselancar membawa bakteri resisten antibiotik, dibandingkan dengan tiga persen kelompok kontrol. Penelitian ini juga memeriksa sampel air pantai dari 97 lokasi dan menemukan bakteri resisten antibiotik di 11 sampel.

“Resistensi antimikroba telah diakui secara global sebagai salah satu tantangan kesehatan terbesar di zaman kita, dan sekarang ada fokus yang meningkat mengenai bagaimana resistensi dapat menyebar melalui lingkungan alami kita,” kata Anne Leonard, yang memimpin penelitian ini.

“Kami sangat perlu tahu lebih banyak tentang bagaimana manusia terkena bakteri ini dan bagaimana mereka menjajah usus kita.”

Peselancar ternyata jauh lebih rentan menelan bakteri karena menelan volume air laut dalam jumlah signifikan selama sesi berselancar.

Tentu saja, Anda mungkin bertanya-tanya bagaimana bakteri resisten antibiotik masuk ke air laut di tempat pertama?

Penulis penelitian ini memperkirakan bahwa mikroba tersebut memasuki lingkungan pesisir dari berbagai sumber drainase air, termasuk tanaman pertanian yang diperlakukan dengan pupuk kandang dan limbah.

Jenis bakteri E. coli tertentu adalah patut diperhatikan karena tahan terhadap antibiotik yang umum digunakan disebut sefotaksim, yang sering diresepkan oleh dokter.

Para periset tidak bermaksud mencegah orang-orang dari kegiatan pesisir atau berselancar namun menekankan bahwa penelitian ini harus menyoroti bagaimana perairan pesisir dapat bertindak sebagai jalur untuk menyebarkan resistensi antibiotik ke seluruh masyarakat dan juga mengingatkan pihak berwenang akan pentingnya menjaga perairan tetap bersih dan aman.

“Kami tidak berusaha untuk mencegah orang menghabiskan waktu di laut, sebuah kegiatan yang memiliki banyak manfaat dalam hal kebugaran, kesejahteraan dan hubungan dengan alam,” kata Will Gaze, seorang supervisor dalam penelitian tersebut.

“Kami sekarang berharap bahwa hasil kami akan membantu pembuat kebijakan, manajer pantai, dan perusahaan air untuk membuat keputusan berbasis bukti untuk memperbaiki kualitas air lebih jauh lagi untuk kepentingan kesehatan masyarakat.”

Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Environment International .