BAGIKAN
(Shane/unsplash)

Selama ini, setiap penelitian tentang kandungan nutrisi makanan tidak terlepas dari campur tangan para pelaku industri makanan. Menurut sebuah analisis terbaru, satu dari delapan hasil penelitian peer-review tentang nutrisi, tidak terlepas dari campur tangan bisnis makanan. Hasil temuan ini telah dipublikasikan dalam PLOS One.

Dan lebih parahnya lagi, konflik kepentingan ini, walaupun dinyatakan secara eksplisit dalam jurnal-jurnal ilmiah tersebut, cenderung untuk mengeluarkan hasil yang menguntungkan pelaku bisnis dan berpotensi memberikan informasi yang menyesatkan.

“Penelitian ini menemukan bahwa industri makanan umumnya ikut terlibat dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal nutrisi terkemuka,” demikian para peneliti menuliskan dalam laporannya.

“Ketika industri makanan ikut terlibat, hasil penelitian hampir enam kali lebih mungkin untuk berpihak pada kepentingan mereka dibandingkan ketika tidak ada campur tangan pelaku industri makanan.”

Sejauh yang para peneliti ketahui, ini adalah tinjauan sistematik pertama tentang sejauh mana para pelaku industri makanan ikut terlibat dalam penilaian peer-review. Penelitian yang sama, yang berfokus pada keterlibatan industri memberikan hasil yang beragam, dan masih dibutuhkan penelitian lanjutan.

Dalam beberapa tahun belakangan ini, ketika keterkaitan industri dalam penelitian ilmiah semakin mengemuka, banyak orang yang telah kehilangan kepercayaan pada sains tentang nutrisi makanan, dan kondisi ini dikenal dengan ‘krisis kredibilitas’. Apakah ketidakpercayaan itu benar-benar ada atau tidak, adalah yang selama ini berusaha dibuktikan oleh para ilmuwan independen dan pelaku bisnis.

Penemuan terbaru ini mendukung bukti-bukti yang berkembang dan meningkatnya kekhawatiran tentang adanya campur tangan yang mempengaruhi penelitian bidang nutrisi dan dietetika, bahkan pada jurnal yang paling terkemuka sekalipun. Penemuan ini juga menunjukkan bahwa campur tangan tersebut membuat hasil penelitian cenderung berpihak.

Pada artikel-artikel yang dipublikasikan dalam 10 jurnal nutrisi terkemuka di tahun 2018, para peneliti di Australia menemukan 13 persen dari keseluruhan 1.461 artikel ilmiah yang dipilih untuk penelitian tersebut, dilaporkan memiliki keterkaitan dengan industri makanan.

Dari berbagai industri yang berbeda, industri makanan olahan adalah yang paling sering terlibat dalam penelitian ilmiah, yang mencakup 40 persen penelitian yang terkait dengan bisnis tersebut. Dalam beberapa publikasi jurnal ilmiah, seperti The Journal of Nutrition, ditemukan 28 persen keterkaitan pelaku bisnis dalam artikel yang mereka teliti.

Dalam sebuah jurnal yang berjudul Nutrition Review, yang dipublikasikan oleh sebuah institut yang didirikan dan didanai oleh perusahaan makanan, seperti Mars, Nestle, Coca-Cola dan PepsiCo, kepentingan bisnis dinyatakan dalam seperempat dari laporan ilmiah yang mereka analisa.

“Beberapa redaktur dari The Journal of nutrition telah menyatakan adanya konflik kepentingan yang melibatkan para pelaku industri makanan. The Journal of Nutrition dipublikasikan oleh American Society of Nutrition yang memiliki kemitraan dengan beberapa perusahaan makanan dan mendapat kritikan karena mendukung kepentingan industri makanan dibandingkan kepentingan kesehatan masyarakat. 

Ada banyak alasan yang menyebabkan sebuah perusahaan mendanai penelitian ilmiah pada produk mereka. Kadangkala mereka secara legal menginginkan dilakukannya penelitian tersebut. Dan dengan tujuan yang baik, penelitian tentang makanan yang dilakukan oleh sebuah pelaku bisnis adalah sebuah usaha untuk memperoleh pengetahuan baru dari sebuah produk agar para konsumen mendapatkan informasi tentang produk yang mereka beli.

Tetapi dari perspektif kesehatan publik, hal ini menimbulkan sebuah masalah. Ketika bisnis membiayai atau menjadi sponsor sebuah penelitian ilmiah, sangat dimungkinkan terjadinya persaingan kepentingan yang dapat mempengaruhi apa yang sedang diteliti dan bagaimana penelitian itu diteliti, baik disengaja ataupun tidak.

Ilmu gizi atau nutrisi sangatlah kompleks dan juga sulit untuk dipelajari. Tidaklah mudah untuk hanya sekedar menemukan sesuatu yang dinilai baik atau buruk untuk anda, meskipun ada pendapat yang membuat anda meyakini hal yang berlawanan. Karena itu, para ilmuwan berpendapat bahwa transparansi atas nama jurnal tidaklah cukup. Kita juga perlu secara aktif mengurangi pengaruh industri dalam penelitian ilmiah.

Makanan yang mengandung gula adalah salah satu contoh bagaimana penelitian yang dibiayai oleh perusahaan makanan dapat meningkatkan penjualan, walaupun konflik kepentingan telah terungkap. Tetapi ada juga contoh sebaliknya. Coca-Cola, sebagai contoh, dituduh mengontrol data dan hasil penelitian yang dibiayainya. Dimana pada akhirnya perusahaan tersebut yang memiliki kuasa atas publikasi penelitian tersebut.

Penelitian terbaru ini masih terbatas karena hanya mencakup penelitian yang terbuka yang melibatkan industri dan diterbitkan dalam jurnal peer-review. Dari semua artikel yang melibatkan bisnis makanan, lebih dari setengahnya memberikan hasil yang memihak pada industri makanan. Dalam laporan peer-review disebutkan bahwa hasil itu tidak disebabkan karena perusahaan memalsukan data hasil penelitian.

Sebaliknya, pelaku bisnis mungkin menargetkan topik-topik dan metodologi yang biasa kearah hasil yang menguntungkan mereka. Proses editorial juga mungkin memiliki bias yang sama.

Penelitian lanjutan yang menggunakan ukuran sampel yang lebih besar dari lebih banyak lagi jurnal masih diperlukan. Dengan begitu, kita bisa mengetahui mengapa perbedaan besar ini bisa terjadi dan bagaimana kita bisa mengurangi keterlibatan industri dalam penelitian ilmiah serta meningkatkan kredibilitas. 

Para peneliti menawarkan beberapa jalan keluar, antara lain dengan membatasi pengaruh pelaku industri pada badan-badan pemerintah dan juga institusi penelitian atau membatasi jumlah artikel jurnal yang berkaitan dengan pelaku industri untuk dilakukan peer-review.

“Berdasarkan penemuan pada penelitian ini, semua artikel yang memasukkan semua jenis keterlibatan industri makanan harus diawasi dengan ketat oleh jurnal, dengan berfokus pada jenis keterlibatan yang bersifat langsung (misalnya afiliasi penulis dan sumber pendanaan dari penelitian tersebut),” kata para peneliti dalam laporannya.

“Jurnal juga harus memiliki aturan yang jelas tentang pengungkapan konflik kepentingan editorial, termasuk adanya hubungan antara editor dengan pelaku industri makanan. Selain itu, adanya konflik semacam itu perlu dikelola secara aktif atau dihilangkan sama sekali.”