Patung kuno berukuran kecil berbentuk burung ditemukan dari tumpukan tanah sisa-sisa penggalian di sebuah situs Paleolitikum Lingjing, di Cina. Melalui pengukuran penanggalan menggunakan radiokarbon, usia artefak ini diperkirakan sekitar 13.200 tahun. Ini adalah karya seni dalam bentuk 3 dimensi tertua yang berasal dari Asia Timur.
Para peneliti menerbitkan hasil temuannya di PLOS One.
Representasi burung dalam sebuah karya seni kuno adalah salah satu tema dari era Neolitikum di Cina. Seperti patung burung yang dikenal dengan “jade songbird” yang berumur 8.500 tahun. Bersamaan dengan temuan patung burung terbaru ini, keduanya memiliki perbedaan dalam hal teknologi dan gaya dari representasi makhluk unggas lainnya yang berasal dari Eropa Barat dan Siberia. Misalnya, pada burung Lingjing terdapat sebuah alas yang dijadikan sebagai tempat burung untuk bertengger.
Meskipun diperlukan lebih banyak lagi contoh karya seni ukiran Paleolitikum untuk mengkonfirmasi kemungkinan ini, namun patung burung Lingjing menunjukkan keberadaan sebuah tradisi artistik kuno yang khusus untuk Asia Timur, dengan asal-usul yang bisa jauh lebih awal.
“Patung Lingjing adalah satu-satunya objek tiga dimensi Palaeolitikum yang dibentuk dari tulang dengan pemanasan dan menggambarkan seekor burung yang berdiri di atas suatu alas,” menurut tim peneliti internasional yang menggambarkan temuannya.
Awalnya, penggalian arkeologis yang dilakukan pada tahun 2005 menemukan sebelas lapisan bertingkat yang berbeda-beda yang dimulai dari 120.000 tahun yang lalu, hingga Zaman Perunggu. Namun, lapisan kelimanya telah lenyap dikarenakan sebuah aktivitas penggalian sebuah sumut di tahun 1948. Untungnya, lapisan tanahnya yang terbuang masih teronggok menumpuk di sekitar lokasi situs.
Para peneliti selanjutnya memilah-milah dan menyisir tumpukan tanah yang nyaris terabaikan tersebut. Dari situ mereka menemukan beberapa artefak seperti tembikar, sisa-sisa hewan yang hangus terbakar, dan patung burung yang sangat mungil ini. Panjangnya tidak sampai 2 sentimeter dan tingginya hanya 1,2 sentimeter saja.
Para peneliti mengamati struktur dari tulang yang dijadikan sebagai bahan pembuatan patung. Dari goresan halus dan goresan pada lapisan luar patung, pemindaian mengungkapkan jaringan pembuluh darah internal di dalam tulang. Menunjukkan bahwa patung diperolah dari tulang tungkai mamalia yang berukuran sedang. Sementara pengamatan terhadap gradien warnanya menunjukkan adanya proses pemanasan yang disengaja, mungkin untuk mempermudah dalam pembuatannya.
Meskipun patung yang ditemukan di Lingjing ini tidak memiliki sayap sebagaimana burung pada umumnya, para penulis mengatakan penampilan dari ekor, kepala, tenggorokan, payudara dan perut adalah terlalu signifikan. Selain itu, ada jejak yang jelas ditemukan di mana mata seharusnya berada.
“Patung itu berbeda secara teknologi dan gaya dari spesimen lain yang ditemukan di Eropa Barat dan Siberia, dan itu bisa menjadi mata rantai yang hilang yang melacak asal-usul patung Cina kembali ke periode Palaeolitikum,” kata penulis.