BAGIKAN
Ilustrasi dari Bumi Super yang panas. (ESA / Hubble, M. Kornmesser)

Dari sekitar 4.000 eksoplanet yang telah ditemukan beberapa di antaranya mungkin layak huni seperti Bumi, beberapa lainnya bisa jauh lebih ekstrim kondisinya. Salah satunya, berbagai planet berbatu dengan 10 kali massa Bumi – hingga disebut sebagai Bumi Super – diselimuti oleh samudera lava yang sangat panas seperti sebuah bola raksasa yang membara.

Planet ini begitu dekat dengan bintangnya, sehingga hanya diperlukan waktu selama 10 hari untuk mengorbit bintangnya. Namun, terlampau berdekatan, dapat dipastikan akan mendapatkan panas dari bintangnya jauh lebih besar dibandingkan Bumi mendapatkan energi dari Matahari. Tak ada awan, tak ada atmosfer, semuanya telah tersapu oleh radiasi dan angin dari bintangnya, yang ada hanyalah lautan lava yang suhunya bisa mencapai sekitar 577 derajat Celcius.

Dari pengamatannya, para peneliti dari MIT menemukan suatu keanehan lainnya. Planet ini memantulkan cahaya dari bintangnya sehingga nampak terang benderang, sebuah keadaan yang dikenal dengan Albedo. Para ilmuwan sebelumnya telah menemukan segelintir Bumi Super dengan albedo atau kecerahan tinggi yang tak terduga, di mana memantulkan antara 40 hingga 50 persen cahaya dari bintangnya. Sebagai perbandingan, Albedo Bumi hanya sekitar 30 persen.




Apa yang menyebabkan objek ini memantulkan cahaya begitu masif, menjadi pertanyaan besar dan para peneliti tidak dapat mengetahuinya secara pasti.

“Anda akan mengira planet lava ini seperti bola arang yang mengorbit di luar angkasa – sangat gelap, tidak terlalu terang sama sekali,” kata Zahra Essack, penulis utama dari Massachusetts Institute of Technology (MIIT). “Jadi, apa yang membuatnya begitu terang benderang?”

Penelitian ini, hasilnya telah dipublikasikan di The Astrophysical Journal.

Perkiraan sementaranya adalah, bahwa lava itu sendiri mungkin menjadi sumber utama luminositas planet, meski tidak pernah ada bukti apa pun, baik dalam pengamatan maupun eksperimen. Untuk mengujinya, para peneliti membuat sekumpulan lava dan kaca vulkanik di laboratorium, dan mengukur reflektifitas kedua bahan tersebut, mereka telah mengesampingkan hal ini sebagai sumber dari sifat terang benderang yang ditimbuikan planet tersebut.

Dalam pengujiannya, mereka mencoba menggunakan dua bahan mineral yang umumnya melimpah di berbagai planet berbatu dan Bumi, yaitu felsfar dan batuan basal, untuk setidaknya dapat memodelkan karakteristik Albedo dari planet tersebut. 

Namun, felspar terlampau cepat membeku untuk mendapatkan pengukuran reflektifitas dalam keadaan cairnya, tetapi kaca vulkanik yang dihasilkan terbukti sangat berguna. Tim tersebut melakukan pengukuran terperinci, menyinarinya dari berbagai sudut dan mempelajari bagaimana cahaya itu dipantulkan.

Setelah mengukur kecerahan basal dan kaca felspar yang didinginkan, Essack melihat berbagai literatur untuk menemukan pengukuran reflektifitas silikat cair, yang merupakan komponen utama lava di Bumi. Dia menggunakan pengukuran ini sebagai referensi untuk menghitung seberapa terang lahar awal dari kaca basal dan feldspar nantinya. Dia kemudian dapat memperkirakan kecerahan Bumi Super panas yang seluruhnya tertutup lava atau kaca dingin, atau kombinasi dari kedua material tersebut.

Dan hasilnya menunjukkan bahwa Albedo planet lautan lava tersebut tidak lebih dari sekitar 10 persen atau hanya memantulkan 10 persen dari cahaya yang datang dari bintangnya.

“Ini cukup gelap dibandingkan dengan Bumi, dan tidak cukup untuk menjelaskan kecerahan dari planet yang kami minati,” kata Essack.




“Masih banyak yang harus kita pahami tentang planet lava-samudra ini,” kata Essack .

“Kami menganggapnya sebagai bola batu yang bercahaya, tetapi planet ini mungkin memiliki sistem proses permukaan dan atmosfer yang kompleks yang cukup eksotis, dan tidak seperti apa pun yang pernah kami temukan sebelumnya.”

“Kami tidak 100 persen yakin dari apa planet ini terbuat, jadi kami mempersempit ruang parameter dan memandu studi di masa depan menuju semua opsi potensial lainnya,” kata Essack.