BAGIKAN
(Credit : Brett Jordan/Unsplash)

Organisasi kesehatan dunia pada hari Selasa lalu mengeluarkan rekomendasi bagi mereka yang mengalami gejala-gejala COVID-19, untuk tidak meminum obat ibuprofen, setelah pejabat resmi Perancis mengeluarkan peringatan atas obat anti-inflammatory ini. Karena disinyalir akan memperburuk kondisi mereka yang terinfeksi virus ini.

Peringatan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan Prancis Veran ini didasari hasil studi yang dipublikasikan dalam jurnal medis the Lancet yang berhipotesis bahwa daya kerja enzim yang dihambat oleh ibuprofen akan memperburuk kondisi pasien yang terinfeksi COVID-19.

Berdasarkan literatur penanganan SARS I dan adanya kesamaan virus jenis baru ini (SARS-CoV-2) dengan virus SARS I, dimana virus ini mereduksi jumlah enzim yang mengatur konsentrasi air dan garam di dalam darah sehingga akan memperburuk kondisi pasien yang mengalami pneumonia. Ibuprofen memperburuk kondisi tersebut.



Ketika ditanyakan lebih jauh tentang hasil penelitian tersebut, juru bicara WHO Christian Lindmer mengatakan bahwa di Jenewa, para ahli kesehatan PBB sedang mempelajari hasil studi ini untuk nantinya dijadikan pedoman.”

“Untuk sementara ini, kami merekomendasikan untuk menggunakan paracetamol, dan tidak menggunakan ibuprofen ketika melakukan pengobatan sendiri. Dan hal ini sangat penting,” kata Lindmer.

Dia juga menambahkan, ibuprofen selama ini cukup sering diresepkan oleh para dokter, dan tentu saja keputusan diserahkan pada masing-masing dokter.

Lindmer berkomentar setelah Olivier Veran, Menteri kesehatan Perancis, mengirimkan sebuah “tweet” yang memberi peringatan tentang penggunaan obat ibuprofen dan obat-obat anti-inflammatory lainnya mungkin menjadi faktor yang memperburuk gejala infeksi COVID-19.

“Jika terjadi demam, atasi dengan paracetamol,” kata Lindmeier.

Beberapa pakar kesehatan juga menguatkan pernyataan Menteri kesehatan Perancis tersebut dan mengeluarkan pernyataan yang menentang penggunaan ibuprofen untuk COVID-19. Walaupun ketika wabah penyakit ini merebak, belum cukup banyak studi ilmiah yang menguatkan pendapat ini.

Menteri kesehatan Prancis ini menekankan pada para pasien yang terlanjur mengkonsumsi obat-obat anti-inflammatory ini untuk meminta saran dari dokter mereka.

Paracetamol juga harus diminum dalam dosis yang dianjurkan, sebab akan merusak organ hati jika meminumnya terlalu banyak.

Pandemi COVID-19, yang telah menginfeksi sekitar 190.000 orang di seluruh dunia dan membunuh lebih dari 7.800 jiwa. Pada sebagian besar orang yang terinfeksi, hanya menunjukkan gejala-gejala ringan, tetapi gejala tersebut bisa berlanjut menjadi pneumonia dan dalam beberapa kasus menyebabkan kegagalan organ ganda.

Bahkan, sebelum terjadi pandemi, otoritas negara Perancis telah mengeluarkan peringatan akan dampak “komplikasi infeksi” yang berhubungan dengan penggunaan ibuprofen, yang dijual secara bebas dalam banyak merk dagang seperti Nurofen dan Advil, dan obat-obat anti-inflammatory lainnya.

Juru bicara perusahaan farmasi asal Inggris, Reckitt Benckiser, yang memproduksi obat Nurofen, memberi pernyataan melalui sebuah email bahwa perusahaan mereka menyadari akan meningkatnya kekhawatiran akan penggunaan produk obat-obatan “steroid and nonsteroidal anti-inflammatory (NSAIDs)”, termasuk didalamnya ibuprofen, untuk meredakan gejala-gejala COVID-19.



“Keselamatan konsumen adalah prioritas utama kami,” kata juru bicara tersebut, ia juga menekankan bahwa “ibuprofen adalah obat yang telah paten dan telah digunakan secara aman sebagai pereda demam dan rasa sakit, termasuk juga penyakit-penyakit infeksi, selama lebih dari 30 tahun.”

“Hingga kini kami belum meyakini bukti ilmiah yang menghubungkan penggunaan obat bebas ibuprofen dengan memburuknya gejala COVID-19,” demikian juru bicara perusahaan tersebut menambahkan dalam pernyataannya.

Juru bicara tersebut mengatakan bahwa Reckitt Benckiser telah menghubungi pihak WHO, EMA (the European Medicines agency) dan otoritas kesehatan lokal lainnya untuk membahas masalah ini dan akan memberikan informasi tambahan atau panduan yang diperlukan untuk keamanan penggunaan dari produk mereka setelah melalui beberapa evaluasi.