BAGIKAN
Siaron James/flickr

Apakah tumbuhan mampu mendengar? atau malah bisa menjerit? karena temuan dari sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa saat sedang terancam, beberapa tanaman ternyata mengeluarkan bunyi ultrasonik yang panjang gelombangnya di luar kemampuan pendengaran manusia.

Berbagai hasil rekaman yang telah diperoleh selama pengamatan mengungkapkan setiap suara berisi informasi tentang keadaan tanaman secara real time. Hasilnya telah dipublikasikan di server pracetak bioRxiv. Para peneliti mengatakan bahwa temuan mereka menambah pemahaman secara ilmiah tentang evolusi tanaman dan ekologi di seluruh dunia.

“Temuan ini dapat mengubah cara kita berpikir tentang kerajaan tumbuhan, yang telah dianggap hampir bisu hingga sekarang,” tulis para peneliti.




Studi sebelumnya telah menemukan bahwa tekanan yang disebabkan oleh perubahan suhu dan cahaya, serta “serangan herbivora,” dapat mengubah fenotip tanaman, yang mengakibatkan perubahan warna, bau, dan bentuk yang mungkin sinyalnya bisa diamati melalui cahaya fluorescent. Tumbuhan yang tertekan juga ditemukan mengeluarkan senyawa organik yang mudah menguap.

Untuk mengetahaui apakah tanaman menghasilkan suara yang juga dapat didengar, para peneliti di Universitas Tel Aviv merekam tanaman tomat dan tembakau yang kekurangan air, memotong batangnya, atau apapun yang dapat membuatnya tidak nyaman dan tertekan. Beberapa mikrofon difokuskan pada rentang suara ultrasonik antara 20 hingga 150 kHz.

Hasilnya menunjukkan bahwa secara signifikan tumbuhan yang tertekan mengeluarkan suara lebih instens daripada tanaman yang berasal dari kelompok kontrol di mana kondisinya lebih nyaman dan tidak mendapatkan gangguan.

Dengan menggunakan sebuah model pembelajaran mesin yang dirancang khusus untuk mampu membedakan antara suara tanaman dan kebisingan latar belakang, para peneliti lebih jauh menggunakannya untuk mengidentifikasi bagaimana sebuah tanaman saat kekurangan air atau sedang dipotong bagian tubuhnya.

Menurut para peneliti, saat sedang tertekan tumbuhan tidak asal sekadar bersuara, tetapi mereka juga mengeluarkan suara yang berbeda-beda tergantung pada apa yang sedang terjadi saat itu – semacam bunyi yang membawa informasi tentang keadaan fisiologis tanaman, yang bisa saja memiliki arti tersendiri. 

Tapi, tanpa pita suara, bagaimana mungkin sebuah tanaman mengeluarkan suaranya?



Para peneliti mengatakan bahwa itu mungkin sebagai hasil dari suatu proses internal yang dikenal dengan kavitasi, di mana gelembung udara terbentuk dan meledak di dalam xilem atau pembuluh kayu. Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa kavitasi dapat menghasilkan getaran tetapi belum dikaitkan dengan transmisi suara.  

Suara-suara itu juga mampu didengar hingga 5 meter jauhnya, suatu jarak yang menurut peneliti menyiratkan bahwa hewan-hewan yang memiliki pendengaran sensitif lainnya, seperti tikus dan ngengat, mungkin juga dapat menguping dan menafsirkan suara tersebut.

“Hasil kami menunjukkan bahwa hewan, manusia, dan bahkan mungkin tanaman lainnya, dapat menggunakan suara yang dikeluarkan oleh tanaman untuk mendapatkan informasi tentang kondisi tanaman,” tulis para peneliti, menambahkan bahwa pekerjaan mereka dapat membantu membuka jalan baru untuk memahami tanaman dan bagaimana tumbuhan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya – khususnya dalam lingkungan pertanian. Mendengarkan tanaman dapat membantu memonitor apakah suatu tanaman membutuhkan air atau tidak, berpotensi menghemat penggunaan sumber daya dan meningkatkan hasil panen di masa depan.