BAGIKAN
Ilustrasi rover Rosalind Franklin milik ESA

Apakah ada kehidupan di Mars? Semua orang, dari astronom Carl Sagan hingga HG Wells (penulis) dan David Bowie (penyanyi) pernah mempertanyakannya, dan mungkin saja dalam waktu dekat pertanyaan tersebut akan terjawab, tetapi mungkin kita tidak siap akan jawaban tersebut, demikian ilmuwan NASA menyatakan.

Tahun depan, dua misi telah direncanakan untuk mengirim rover menuju planet Mars yang akan melakukan pengeboran permukaan planet merah tersebut hingga jauh ke dalam untuk mencari bukti adanya kehidupan di sana, yang artinya kita bisa aja menemukan jawabannya dalam beberapa tahun dari sekarang. Jika misi ini berhasil, tentunya akan menjadi sebuah penemuan yang revolusioner, tetapi kita belum tentu siap untuk menghadapi kejadian yang sangat penting ini, direktur divisi sains keplanetan NASA, Dr Jim Green memberi peringatan.

“Saya mengkhawatirkan masalah ini, karena kami semakin dekat untuk menemukan jawabannya dan tentunya akan memberikan sejumlah pemberitahuan kepada publik akan misi ini,” kata Dr Green dalam sebuah wawancara seperti yang dilansir oleh The Sunday Telegraph. “Kenyataan baru yang mungkin akan menjadi awal perubahan cara berfikir kita dalam dunia sains. Dan saya tidak yakin kita semua siap akan hal tersebut.’

Pada tahun 2020, planet bumi dan Mars akan terasa semakin dekat dengan dibukanya sebuah jalur peluncuran dari bumi menuju Mars. Sudah ada lima perusahaan yang tertarik untuk berkecimpung pada bisnis ini. China dan Uni Emirat Arab bahkan tengah bersiap untuk melakukan perjalanan pertamanya, meluncurkan wahana orbiter dan rover dan sebuah orbiter.

NASA dan badan antariksa Eropa (ESA) yang bekerjasama dengan Roscosmos di Rusia telah mengirimkan wahana rover yang akan mengebor permukaan Mars dan mengumpulkan sampel untuk mencari materi- materi organik di sana. Rover Mars 2020 milik NASA akan melakukan pengeboran di area bebatuan untuk mengumpulkan sampel, dan akan mengirimkannya kembali ke bumi—yang merupakan sampel pertama dari Mars yang masuk ke planet kita. Rover Rosalind Franklin milik ESA juga melakukan pengeboran untuk mengumpulkan sampel, kemudian akan mengirimkannya ke laboratorium stasiun Roscosmos di permukaan Mars untuk dianalisa.

Dr Green menyatakan jika misi ini berhasil, maka situasinya akan sangat mirip seperti kala Copernicus pertama kali mengemukakan bahwa bumi mengitari matahari ditahun 1500, bukan sebaliknya, dan itu memutar balikkan semua yang mereka ketahui pada saat itu. Inilah mengapa Dr Green menyatakan bahwa bumi tidak dipersiapkan untuk menerima kenyataan baru tentang Mars nantinya.

“Apa yang terjadi setelah ini adalah sebuah pembaharuan revolusioner dalam dunia sains. Apakah ‘mereka’ seperti kita? Apakah mereka mepunyai hubungan dengan kita? Dapatkah suatu bentuk kehidupan bisa berpindah dari satu planet ke planet yang lain dan adakah yang menginisiasi keberadaan kita, dan pada kondisi lingkungan yang mendukung, maka dimulailah suatu bentuk kehidupan—sama ataupun tidak dengan kita di bumi ini- berdasarkan komposisi kimiawi dari lingkungan yang ada di dalamnya? kata Dr Green.

Rover 2020 milik NASA dijadwalkan akan mendarat di planet merah pada tanggal 18 Feburari 2021, dengan rover Rosalind Franklin miliki ESA akan datang satu bulan kemudian sekitar area yang merupakan sebuah danau atau lautan purba yang dulunya pernah kaya akan air – faktor yang sangat krusial bagi kehidupan – dan mungkin sekarang ini kaya akan tanah. NASA memilih lokasi pendaratan di area delta Jazero Crater, sebuah kawah dengan lebar 49 kilometer yang diyakini pernah menampung air pada suatu waktu, dan sekarang menjadi delta yang kaya akan tanah liat. Misi Exo Mars sebelum ini belum menyelesaikan proyek pembangunan lokasi pendaratan tetapi telah diumumkan tahun lalu bahwa mereka lebih memilih lokasi Oxia Planum, sebuah area yang kaya dengan tanah liat magnesium, sebuah tanda bahwa pernah ada air di lokasi tersebut.

Mars bukan satu-satunya planet yang dahulunya pernah memiliki air, termasuk lokasi-lokasi yang tidak pernah disangka oleh para ilmuwan sebelumnya, yaitu planet Venus. Planet kembaran bumi yang lebih mirip neraka, yang juga pernah diperkirakan memiliki air 3 milyar tahun yang lalu sebelum atmosfer di sana menjadi sangat padat dan juga panas 700 juta tahun yang lalu.

“Tidak ada alasan untuk tidak berfikir bahwa ada suatu bentuk peradaban di luar sana, karena kita sudah menemukan banyak exoplanet di tata surya ini,” kata Dr Green. Dan konsep mengenai seperti apa kondisi ‘Goldilock Zone’ (kondisi yang menjadikan suatu planet menjadi layak huni) harus dirubah,”