Burung bertelur dengan berbagai macam warna dan pola, mulai dari yang berwarna putih bersih hingga ke berbagai warna biru-hijau dan cokelat kemerahan.
Kebutuhan untuk menyembunyikan telur dari pemangsa adalah salah satu faktor yang memunculkan semua jenis penampilan yang disamarkan dan sulit dikenali dari telur.
Namun penelitian kami, yang diterbitkan di jurnal Nature Ecology & Evolution, menunjukkan bahwa iklim bahkan jauh lebih penting.
Warna gelap memainkan peran penting dalam mengatur suhu pada kebanyakan sistem biologis. Ini sangat umum untuk hewan-hewan seperti reptil, yang mengandalkan sumber panas lingkungan untuk menjaga diri mereka agar tetap hangat.
Warna-warna gelap menyerap lebih banyak panas dari sinar matahari, dan hewan-hewan dengan warna-warna ini lebih sering ditemukan di daerah yang beriklim lebih dingin dengan sinar mataharinya yang jauh lebih sedikit. Pola luas ini dikenal sebagai aturan Bogert.
Telur burung menjadi berguna untuk mempelajari pola ini karena embrio yang berkembang hanya dapat bertahan dalam kisaran suhu yang sempit. Tetapi telur tidak dapat mengatur suhunya sendiri dan dalam banyak kasus, sang induk yang akan melakukannya dengan mengerami telur.
Di lingkungan yang lebih dingin, di mana risiko predatorya lebih rendah dibandingkan dengan risiko dingin yang jauh lebih besar, sang induk akan menghabiskan lebih sedikit waktu dari sarang.
Kami memperkirakan bahwa jika warna kulit telur memainkan peran penting dalam mengatur suhu embrio, burung yang hidup di lingkungan yang lebih dingin seharusnya memiliki telur yang lebih gelap.
Untuk mengujinya, kami mengukur kecerahan dan warna kulit telur dari 634 spesies burung. Terdiri lebih dari 5% dari semua spesies burung, mewakili 36 dari 40 kelompok besar spesies yang disebut ordo.
Kami memetakannya dalam rentang pembiakkan masing-masing spesies dan menemukan bahwa telur di lingkungan terdingin (yang memiliki sinar matahari paling sedikit) secara signifikan lebih gelap. Ini berlaku untuk semua jenis sarang.
Kami juga melakukan percobaan menggunakan telur ayam domestik untuk mengkonfirmasi bahwa kulit telur yang lebih gelap lebih cepat hangat dan mempertahankan suhu inkubasinya lebih lama dari kulit telur yang berwarna putih.
Hasil kami menunjukkan bahwa cangkang telur yang lebih gelap ditemukan di tempat-tempat yang memiliki lebih sedikit sinar matahari dan suhunya yang lebih rendah. Dan warna-warna yang lebih gelap dapat membantu menjaga embrio yang sedang tumbuh senantiasa hangat.
Bagaimana perubahan iklim di masa depan akan mempengaruhi penampilan cangkang telur, serta waktu reproduksi dan perilaku inkubasi, akan menjadi jalan penting dan bermanfaat untuk penelitian di masa depan.